Tuesday, February 14, 2012

Cerpen Lukhacema

“ Miranda, duduknya yang tegak dong!”




Aku terloncat kaget saat Om John menepuk punggungku dengan keras sekali. Aduh, sakitnya bukan main. Pantas saja para model lain memanggilnya ‘si botak killer’.


“ Masih di backstage saja sudah loyo begitu, gimana mau on-stage?” keluhnya sambil terus mengeblow rambutku, “ Tidak profesional banget deh. Lihat, kalau model, duduknya harus seperti ini nih.”



Dengan kagum, aku pun memperhatikan bayangan Om John di dalam cermin. Dia memperagakan cara duduk yang indah, tegak dan memesona, cara duduk model yang sebenarnya. Ya kuakui, sampai sekarang aku masih tetaplah seorang model amatiran.



“ Aduh Leo, ternyata dari tadi kamu menguping ya?” tiba-tiba saja Om John berhenti mengomeliku dan malah membukakan pintu di sudut ruangan. Lalu disana, tertangkap basah model nomor satu kesayangan Om John sedang jongkok, sebelah telinganya menempel di permukaan pintu. Namanya Leornado. Kuberitahu ya, sifatnya memang agak aneh karena dia selalu saja menguping, namun di balik keanehannya, dia sangat tampan. Sangkin tampannya, aku sampai sering berkhayal menari tango bersamanya. Na..na..na..na..



“ Kamu mau apa sih, Leo sayang? Rambut kan sudah keren, pakaian juga sudah oke. Tunggu di depan saja ya?” goda Om John begitu mentelnya.



“ A...aku hanya ingin mengambil topiku yang tertinggal.” Suara lembut Leo terdengar agak gelagapan hari ini, “ Permisi.” Ia berjalan melewati Om John, dan kini menuju ke arahku. Astaga, apa yang harus kulakukan agar aku bisa segera berhenti berkhayal menari tango bersamanya? Aku tidak ingin dia melihat ekspresi kegirangan di wajahku!



“ Nama kamu siapa?” Untuk pertama kalinya seumur hidup, Leo berbicara padaku.



“ Miranda,” jawabku otomatis. Jiwaku masih belum sepenuhnya sadar. Musik tango masih mengalun kencang di pikiranku. ‘Berhenti!’ perintahku terus dalam hati.



“ Maukah kamu menari tango bersamaku di malam penganugerahan model nanti, Miranda?” Ia berbisik pelan sekali, kurasa karena ia tidak ingin Om John mendengarnya.



Tunggu dulu! Barusan, Leo menawarkanku apa? Hua, menari tango bersamanya di pesta bergengsi, bisa dibilang itu adalah mimpi terbesarku dalam dunia hiburan! Tentu saja aku harus mengangguk. Astaga, kurasa benar juga gosip yang sempat beredar kalau Leo menyukaiku. Jika bukan begitu, ia tidak mungkin mengajakku!



“ Sudah, lekas berikan topinya. Jangan banyak omong, Miranda. Leo itu sibuk, tidak seperti kamu yang hanya ditawari pemotretan produk sarung tangan baru.” Om John mulai cemburuan terhadapku, padahal tidak ada alasan baginya untuk cemburu. Maksudku, dia bahkan tidak seharusnya merasa bersaing padaku. Leo kan tidak berjiwa gay sepertinya!


Setelah Leo keluar dari ruangan, sikap Om John berubah sinis padaku. Aku tahu dia sengaja menyuruhku memakai sepatu hak tinggi setinggi dua belas senti. Ia jelas-jelas ingin mempermalukanku. Aku berusaha menolaknya, namun apa daya, aku hanyalah model produk sarung tangan yang praktis dipecat setiap saat. Lagipula, acara catwalk sudah dimulai.



“ Mari kita sambut trend fashion musim dingin tahun ini, sweater rancangan Esme Sherman dengan sarung tangan!”



Perlu diketahui, Leo yang menjadi model utama busana Esme Sherman, sedangkan
aku adalah model sampingan sarung tangan. Perbedaannya adalah: Leo jalan duluan, diprotet fotografer berkualitas, serta disambut dengan tepuk tangan meriah. Sepuluh menit kemudian, barulah tiba giliranku beserta tiga model amatiran lainnya tampil di panggung. Kami tidak berharap banyak, karena kami tahu hanya sarung tangan kami yang menjadi incaran lensa kamera, bukan wajah ataupun pakaian kami. Menyedihkan, bukan?



Namun semuanya pasti akan berubah usai tarian tango kami yang sempurna. Karirku akan segera melesat jauh ke depan. Tentu saja, karena aku sudah sangat mahir menari tango. Na..na..na..



“ Miranda, sekarang giliran kita!”



Terlalu banyak melamun, aku lupa kalau aku sedang memakai sepatu hak tinggi. Ironisnya, aku langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di hadapan para wartawan serta fotografer lainnya, disusul jeritan terkejutku. Gema tawa memenuhi aula seketika itu juga.


“ Asal kamu tahu Miranda, aku paling tidak suka modelku jatuh di depan penonton.” Om John menatapku dengan marah, namun ada seberkas ekspresi kemenangan di wajahnya. Dasar berhati ular, dia kira aku tidak tahu kalau dia sudah sengaja merencanakan kecelakaan ini untukku, supaya ia punya alasan memecatku? Astaga, aku tidak boleh sampai dipecat. Kalau tidak, aku pasti tidak akan diundang ke pesta penganugerahan model nantinya.



“ Tolong Om John, jangan pecat aku!” Tanpa terasa, aku sudah terisak keras. “ Tidak bisa,” jawabnya begitu mudahnya. Ia sama sekali tidak peduli padaku. Para model lainnya juga mencuekiku, hanya Leo yang datang menghiburku. “ Tidak apa-apa Miranda. Jangan sedih.”



Kata-katanya itu justru membuatku semakin sedih. Bagaimana tidak apa-apa Leo, aku tidak akan mungkin bisa menari bersamamu lagi.


Setiba di rumah, aku langsung bersembunyi di dalam kamar. Disanalah, aku biasa mencurahkan kekesalan maupun kesedihan kepada hamster mungilku, Kimchi. Kuberi nama Kimchi karena aku membelinya dari Korea liburan tahun lalu.



“ Kimchi, kamu tahu kan, sejak dulu aku selalu menyukai dunia modelling dan Leo. Namun sekarang, aku kehilangan keduanya secara bersamaan. Aku sedih sekali, Kimchi.”
Aku membiarkan air mata membanjiri saputanganku. Tidak ada yang bakal tahu kok.



“ Jangan menangis.” Mendadak, terdengar suara berat seperti suara om-om yang genit. Siapa sih, aku kan sudah mengunci kamarku. Apa mungkin masuk lewat jendela ya?





“ Ini aku, Kimchi.”
Oh, Kimchi, kukira siapa...HA?! Kimchi bisa bicara?



“ Ucapkan Lukhacema,” perintahnya sambil sibuk mengigiti jagung, “ Lalu angkat sebelah kakimu, berputar sebanyak 3x dengan lidah yang dijulurkan, maka semua mimpimu dapat terwujud kembali.”
KIMCHI




“ Benarkah?” mulutku langsung mengangga lebar, “ Tapi kenapa harus begitu? Bolehkah aku hanya mengucapkan Lukhacema saja tanpa perlu menjulurkan lidah lagi?” protesku keberatan. Pasti aneh sekali bila orang lain melihatku menjalani prosedur serumit itu.



“ Ck, tidak bisa!” desis Kimchi tajam, “ Memang seperti itu prosedurnya.” Huh, dasar hamster yang sombong! Kusita jagungnya baru tahu rasa.



Keesokan harinya, aku memberanikan diri untuk menemui Om John lagi. Tentu saja, aku telah menerapkan prosedur anjuran Kimchi terlebih dahulu. Lukhacema, dan berputar 3X. Semoga saja Om John mau menerimaku kembali.



“ Oh Miranda, maafkan Om John.” Aku bahkan tidak pernah membayangkan kalau efeknya bisa secepat ini. Maksudku, tidak salah nih, Om John sendiri yang menyambut kedatanganku di depan pintu? Ia malah meminta maaf padaku.



“ Setelah dipikir-pikir, semua manusia bisa berbuat salah. Model sarung tangan kan juga manusia, betul tidak.” Ia terkekeh sendiri, lalu memandangku dengan sayang, “ Kamu cantik sekali Miranda. Lihatlah, matamu, hidungmu, bibirmu. Kamu layak menjadi model.”



Kya, begitu mudahnya, aku diterima kembali. Mantera Lukhacema benar-benar ajaib. Kalau aku terus menggunakan mantera itu, mungkin saja semua keinginanku dapat tercapai. Beli rumah mewah, mobil, perhiasaan, semua pasti dapat terwujud!




“ Bisakah kita memulai tariannya sekarang, Miranda?”
Dan kini adalah momen terpenting seumur hidupku. Aku berhasil tampil di malam penganugerahan model dalam balutan gaun merah karya desainer terkenal. Berkat Lukhacema, aku juga terpilih sebagai model paling top 2010. Lalu, semua orang mulai merasa iri padaku karena Leo menari bersamaku. Na..Na..Na..


Aku menari dengan sangat indah, menunjukkan bakat yang selama ini terpendam ke seluruh khayalak ramai. Tidak bakal ada lagi fotografer yang berani menertawaiku seperti dulu, sebaliknya mereka malah segan padaku. Om John juga, hatinya pasti terasa sakit sekali saat melihatku bersama Leo, namun ia tidak menunjukkan rasa cemburunya lagi padaku. Haha.



“ Leo, apa ada yang ingin kamu sampaikan padaku sekarang?” tanyaku hati-hati selagi kami berputar-putar dalam melodi dramatis tango.



“ Hm. Ada.” Astaga, setelah mengenalnya, baru kutahu kalau ternyata Leo sangat pemalu. Ia bahkan lebih pemalu dibandingkanku. Percayalah, dari luar, ia sama sekali tidak kelihatan begitu.



“ Aku ingin bilang, kamu cantik sekali, Miranda.” Tuh lihat, untuk memujiku saja, tangannya sudah keringatan hebat.



“ Hanya itu?” dari suaraku jelas terdengar nada kecewa. Sebenarnya secara diam-diam,aku berharap Leo menyatakan cinta padaku malam itu juga, supaya semuanya sempurna.



“ Ya.” Ia mengangguk pelan, namun matanya goyang. Ia tidak berani menatapku. Tuh kan, pasti masih ada yang ingin disampaikan, hanya saja dia terlalu malu untuk melakukannya! Baiklah, kalau memang dia malu, biar aku saja yang melakukannya. Dia tidak mungkin menolakku kan?



“ Leo, apakah kamu mau...menjadi...” suaraku kian mengecil sampai akhirnya tidak terdengar lagi. Kuakui, aku juga sangat malu. Ini bukan hal yang mudah. Aku tidak mau mengambil resiko ditolak, makanya lebih baik aku mengucapkan mantera Lukhacema dulu.



“ Maukah kamu...menungguku sebentar? Aku ingin ke toilet,” sambungku akhirnya.
Di dalam toilet, aku langsung melepaskan sepatu hak tinggiku. Tidak mungkin berputar 3X dengan sepatu itu. “ Lukhacema, aku ingin sekali Leo menerima cintaku. Jangan sampai ia menolakku.”



Aku sampai lupa kalau gaun merahku berukuran sempit. Gaun tersebut robek saat aku sedang meloncat-loncat tak jelas di tengah prosedur mantera. Duh. Harus kuulangi lagi deh. “



"Lukhacema, aku ingin gaunku kembali seperti awal.”
Menurut teori yang kuanut, seharusnya benang-benang merah dapat terjalin kembali dengan sendirinya. Namun pada kenyataan, lubang bekas robek tersebut masih ada. Tidak mungkin, jangan katakan padaku kalau mantera Lukhacema tidak ampuh lagi!



“ Lukhacema, Lukhacema, Lukhacema,” ulangku sampai berkali-kali. Akan tetapi, hasilnya tetap saja sama. Lukhacema tidak mampu memenuhi permintaanku lagi. Hua!




‘Jangan panik dulu,’ perintahku di dalam hati. Sebaiknya aku segera pulang dan bertanya pada Kimchi. Mungkin masa berlaku mantera ini telah habis, dan mungkin Kimchi bisa merekomendasi mantera lain, yang jauh lebih efektif .Semoga saja .




Parahnya, Kimchi juga ikutan menghilang. Ia tidak berada di dalam kandangnya. Astaga, apa yang terjadi? Haruskah kukembali ke Korea untuk membeli hamster baru? Disaat aku berinisiatif mengepak-ngepak pakaian untuk berangkat ke Korea besok, aku menemukan secarik memo yang ditinggalkan Kimchi untukku. Syukurlah, setidaknya ia ada meninggalkan memo...APA?! Kimchi bisa menulis juga?!



Kepada Miranda yang pelit memberiku jagung,



Sudah saatnya aku pergi, mencari pemilik baru yang lebih membutuhkan uluran tanganku. Kamu tidak boleh tergantung terus padaku, kamu juga harus percaya diri dan berusaha sendiri. Aku yakin kamu pasti bisa, aja aja figting! Annyonghi kyeseyo...”
N.B. Sejak awal aku lupa memberitahumu. Lukhacema tidak akan manjur untuk masalah cinta.
Hamster paling lucu sedunia, Kimchi



Ketika aku membaca memo dari Kimchi, aku baru sadar kalau selama ini aku tidak lagi menjadi diriku sendiri. Miranda yang dulu, meskipun ia tidak hebat, meskipun ia selalu gagal, namun ia mau berusaha. Ia mau mengakui kesalahannya. Ia mau belajar banyak untuk memperbaiki kekurangannya. Sedangkan Miranda yang sekarang, ia sangat tergantung pada mantera. Ia bahkan tidak bersedia berkorban demi cintanya. Baiklah, aku telah memutuskan untuk merelakan kepergian Kimchi dan berjalan dengan kaki sendiri. Aku juga harus berani menyatakan perasaanku kepada Leo.



‘Bersemangatlah, Miranda’ pekikku dalam hati. Mulai sekarang, semangat dari diri sendirilah yang akan menjadi mantera paling ampuh untukku. Bersemangatlah!

No comments:

Post a Comment